Pada artikel kali saya ingin menuliskan beberapa hal terkait aksi nyata yang saya lakukan dalam pelatihan mandiri yang terdapat pada Platform Merdeka Mengajar. Dimana platform ini dikhususkan untuk para pendidik di seluruh Indonesia untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang sangat membantu tugasnya.
Artikel ini merupakan resume dari modul yang saya pelajari di Platform Merdeka Mengajar. Artikel ini saya angkat sebagai aksi nyata untuk menularkan pengetahuan tentang Merdeka Belajar kepada semua orang terutama para guru.
Ada 5 modul yang disampaikan pada materi Platform Merdeka Mengajar Topik 1 yaitu sebagai berikut:
MODUL 1 MENGENALI DAN MEMAHAMI DIRI SEBAGAI PENDIDIK
1. Mengenali diri dan perannya sebagai pendidik
Dengan menjadi guru hadir setiap hari untuk murid-murid, hadir untuk menambah kapasitas diri. Kita telah menyadari kebutuhan untuk terus belajar secara mandiri. Peran kita sebagai pendidik yaitu kita perlu terus belajara agar bisa menghantarkan murid-murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Menurut ki hadjar dewantara, manusia merdeka adalah manusia yang hidup bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin tidak bergantung pada orang lain. Jika kelak kita mengharapkan murid-murid kita kelak menjadi pribdai yang mandiri dan merdeka. Tentunya penting untuk mereka mengenali diri, berdaya untuk menentukan tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual terhadap diri dan lingkungannya.
Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam dasar-dasar pendidikan, maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiayaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyaraakat. Salah satu awal kita sebagai pendidik adalah bagaimana kita memaknai dan menghayati pribadi kita sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar.
Diera zaman sekarang murid-murid memiliki cara belajar mereka tersendiri. Teknologi mereka gunakan sebagai sarana media belajar dan internet sebagai sumber belajar mereka. Tanpa kita berikan pengetahuan terlibih dahulu, mereka sudah dapat memperoleh informasi tersebut.
Ki Hadjar Dewantara pernah menyampaikan, Pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuh nya kekuatan kodrat anak.
2. Apa Peran saya sebagai guru
Menurut Ki Hajdar Dewantara, memberi ilmu demi kecakapan hidup anak dalam usaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti seluas-luasnya.
Ternyata peranan soarang pendidik sangatlah besar, hal apapun yang kita lakukan dikelas dari segi memfasilitasi proses belajar atau bekerja kelompok, atau hal sekecil ucapan pujian maupun cemooh yang tidak disengaja terucap akan meninggalkan makna bagi murid-murid, yang kelak akan menjadi bagian dari masyarakat. Setiap hal kecil yang kita sampaikan dikelas akan berkontribusi pada kecakapan hidup anak saat dewasa. Saat belajar dikelas sebenernya bapak/ibu sedang membentuk masyarakat, membentuk budaya masa depan lewat murid-murid kita.
3. Ingin menjadi guru seperti apa saya
Guru yang dikagumi, guru yang bertutur kata lembut, guru yang selalu menyimak pendapat kita atau guru yang selalu menyemangati kita. Apakah ada sosok guru yang memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan yang membuat bapak ibu guru ingat saat ini. Menjadi guru atau pendidik itu sangat menantang, apalagi dengan perubahan zaman yang dinamis, yang kita alami saat ini. Guru haruslah adaptif terhadap perubahan, seperti yang disampaikan Ki Hajdar Dewantara “pendidikan umumnya berarti daya-upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak.
MODUL 2 MENDIDIK DAN MENGAJAR
1. Mendidik menyeluruh
Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir maupun batin. Pengajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan, mengajar salah satu dari mendidik. Sementara pendidikan merupakan tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masayrakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban.
Ki Hajar Dwantara mendfinisikan pendidikan sebagai tuntunan yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid. Maka mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiayaan setinggi tingginya baik sebagai manusia maupun sebgai anggota masyarakat. Murid diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kodrat untuk mereka hidup dan tumbuh, pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup tumbuhnya murid. Yang bisa dilakukan pendidik adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu dengan mengerahkan segala daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani murid, agar dapat memperbaiki perilakunya, bukan dasar hidup dan tumbuhnya itu.
Menurut Ki Hajar Dewantara, anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratnya yang unik, tidak mungkin pendidik mengubah padi menjadi jagung atau sebaliknya. Mendidik tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan pengetahuan kepada murid tetapi juga mendidik ketrampilan berpikir, mengembangkan kecerdasarn batin. Pendidikan pikiran (intelektual) murid sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya dan selebar-lebarnya untuk mewujudkan perikehidupan lahir dan batin dengan baik-baiknya. Setiap murid memiliki kekuatan-kekuatan yang memerlukan “tuntutan” orang dewasa.
2. Pendidikan selama satu abad
Sistem pendidikan perintah dan sanksi merupakan metode pengajaran kolonial yang tanpa sadar menjadi warisan cara guru mendidik. Kasus kekerasan di sekolah, murid mendapatkan hukuman jika siswa tidak mengerjakan apa yang diperintah guru.
Ki Hajar Dewantara menggagas perlunya sistem pendidikan yang humanis dan transformatif, yang dapat memelihara kedamaian dunia. Dan memperkenalkan sistem among “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Ki Hajar Dewantara mengatakan pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Selain pendidikan kecerdasan dan pola pikir pendidikan kultural yaitu pendidikan yang berdasarkan pada garis bangsa dan budaya, pendidikan kultural akan melengkapi, mepertajam dan memperkaya pendidikan kecerdasan murid.
3. Menjadi manusia (secara) utuh
Bersatunya pikiran, perasaan dan kehendak dapat menimbulkan daya dan memunculkan budi pekrti. Hal tersebut menandakan sebagai manusia yang merdeka. Manusi amerdeka yaitu manuisa yang dapat memerintah dan menguasai dirinya (mandiri) dan itulah kodrat sebagai manusia. Guru sebagai pendidik dapat berperan dalam membantu murid memahami kebutuhan lahir dan batin agar mencapai keseimbangan dalam menjalani kehidupan. Pendidikan atau tuntutan seyogyanya mampu memberikan “didikan lahir” maupun “didikan batin” kepada murid, agar terpenuhi kebutuhan kehidupan dan penghidupan.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tempat persemian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarak, dan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani. Agar tercapai keseimbangan menjadi manusia, murid sebaiknya dilatih dan dikuatkan kebutuhan batinnya dalam berkehendak dan mennetukan tujuan belajarnya, mengembangkan kerjasama, membangun empati, menghargai sesama, dan merefleksi diri untuk mengembangkan dirinya dan berkontribusi dilingkungan sosial. Proses mengasah nalar atau ketrampilan berfikir murid menurut benjamin bloom dan anderson yang disebut level kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, mengkerasi. Dalam prosesnya pendidik tidak tepaku pada urutan level kognitifnya, tetapi dapat memilih level yang cocok dengan pembelajarannya. Maka tujuan pendidikan untuk mengasah nalar murid dapat terwujud sebagai bekal pengembangan pendidikan budi pekerti.
MODUL 3 MENDAPINGI MURID DENGAN UTUH DAN MENYULURUH
1. Kodrat murid
- Kodarat keadaan
Kodrat keadaan terdiri dari kodrat alam dan kodrat zaman. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa “segala perubahan yang terjadi pada murid dihubungkan dengan kodrat keadaan, baik alam dan zaman”.
- Kodrat alam
Merupakan kodrat yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimanan mereka berada. Karena guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar murid, maka guru dapat membantu murid dengan memberikan pembelajaran kontekstual. Guru berperan sebagai penghubung dengan sumber belajar mereka yang ada disekitar murid atau di sekolah dan sumber belajar digital. Sehingga akan membantu mereka menguatkan kekuatan-kekuatan kodratnya.
- Kodrat zaman
Merupakan bagian dasar pendidikan murid yang berhubungan dengan “isi” dan “irama” pendidkan yang dinamis yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
2. Asas trikon (Kontinyu, Konvergen, konsentris)
Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis, pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman, dan juga kondisi murid.
- Kontinyu merupakan pengembangan yang secara berkesinambungan, dilakukan terus-menerus dengan perencanaan yang baik. Budaya, kebudayaan, atau cara hidup bangsa itu bersifat kontinyu (bersambung tak putus-putus).
- Konvergen yaitu bersama bangsa lain mengusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kesatuan kebudayaan umat manusia sedunia, tanpa mengorbankan nilai atau identitas bangsa masing-masing.
- Konsetris yaitu bersikap terbuka, tetapi tetap kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar.
Implementasi konsep trikon bisa kita amati atau refleksikan dari apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran. Manajemen kelas yang mengatur perjalannya proses pembelajaran tentunya melalui sebuah perencanaan secara terus-menerus sehingga pengelolaan perilaku, lingkungan dan kurikulum berjalan efektif. Konsisten dalam manajemen kelas merupakan Salah satu contoh asas kontinyu.
MODUL 4 MENDIDIK DAN MELATIH KECERDASAN BUDI PEKERTI
Menumbuhkan budi pekerti
1. Budi pekerti (watak) merupakan hasil dari bersatunya gerakan pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, sehingga menimbulkan suatu tenaga. Budi pekerti juag dapat dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa ( efektif) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik). Menurut Ki Hajar Dewantara budi pekerti adalah kemampuan kodrat manusia atau individu yang berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter sesorang. Selain itu terdapa juga bagian intelligible yaitu bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif atau berpikir menyerap pengetahuan. Keluarga merupakan tempat yang utama dan paling baik dalam melatih karakter murid. Sebagai pendidik, disekolah ikut turut berperan membantu murid untuk menemukan kecerdasan budi pekerti yaitu dengan tuntunan, dan teladan yang sesuai dengan kebutuhan murid. Sesorang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan, merasakan, mempertimbangkan setiap perilaku yang akan ditampikannya.
2. Teori Konvergensi dan pengaruh pendidikan
Teori tabularas, yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik.
Teori negatif, yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan berbagai macam coretan dan tulisan.
Ki Hajar Dewantara membagi budi pekerti menjadi 2 bagian yaitu:
- Bagian biologis yaitu seperti rasa takut, rasa malu, rasa kecewa, rasa iri, rasa egois, rasa berani, dan segala perasaan dan jiwa manusia yang tidak dapat berubah dan menetap pada individu sejak anak-anak sampai dewasa.
- Bagian Intelligeble, yaitu seperti kecakapan dan ketrampilan pikiran kemampuan menyerap pengetahuan yang dapat dirubah karna pengaruh keadaan, lingkuangan dan pendidikan.
Sebagai pendidik dapat membantu murid untuk menguasai diri secara tetap dan kuat, sehingga murid akan dapat menyamarakan atau mengalahkan tabiat-tabiat biologis yang kurang baik.
MODUL 5 PENDIDIKAN YANG MENGANTARKAN KESELAMATAN DAN KEBAHAGIAYAAN
1. Mengantarkan murid selamat dan bahagiya
a. Selamat dan bahagiya
Setiap pendidik sebaiknya harus mengenal dan memahami kekuatan kodrat anak bahwa setiap murid dapat mengeksperikan dan membuat pemahamannya sendiri dengan cara yang berbeda. Dan dalam menilai murid sebaiknya pendidik tidak hanya menggunakan satu metode pengukuran saja akan tetapi menggunakan metode yang lainnya yang melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pemahaman belajaranya. Salah satu fungsi pendidikan adalah mengantarkan murid agar siap hidup dan memberikan kepercayaan kepada murid bahwa di masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya, demi mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
b. Sistem among
Ki Hajar Dewantara memperkenalkan sistem among “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
- Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan), seorang guru memahami secara utuh tentang apa yang dapat ia bantu kepada murid , menjadi teladan dalam budi pekerti dan tingkah laku.
- Ing madya mangun karsa (di tengah membangun kehendak), seorang guru diharapkan mampu membangkitkan semangat, berswakarsa, dan berkreasi bersama murid dengan membuka dialog dengan murid, berperan sebagai narasumber dan panutan.
- Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), seorang guru tidak hanya memberi motivasi, tetapi juga memberikan saran dan rekomendasi dari hasil pengamatannya, agar murid mampu mengeksplorasi daya cipta, rasa, karsa dan karyanya.
c. Merdeka belajar abad 21
Di era sekarang guru tidak lagi menjadi satu satunya sumber pengetahuan, tetapi guru sebagai fasilitator pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru menempatkan murid menjadi subjek atau individu aktif dalam pembelajaran untuk mencari dan membangun pemahaman sendiri sehingga murid tidaklah selalu tergantung kepada apa yang diberikan guru. Tuntutan pembelajaran abad 21 yaitu :
- Menjadi pembelajar sepanjang hayat dengan terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan kita sebagai fasilitator pembelajaran bagi murid sesuai zaman.
- Membangun konteks diri serta identitas suatu bangsa.
Pada abad ke-21, beberapa referensi menyebutkan bahwa kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kognitif yang kompleks, kemampuan sosial emosional menjadi sangat penting bagi murid dan guru.
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran terbaik murid
1. Membimbing murid, memperbaiki bangsa
Mendorong murid untuk mengembangkan keterampilan kerjasama dan gotong royong membantu murid lain yang mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut akan dapat mengembangkan kecerdasan sosial emosional melalui pengalaman belajar sesuai dengan kebutuhan. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain tidak mungkin bisa dihapus. Oleh karenanya, karakter khas indonesia yang didasarkan juga atas kodratnya sebagai makhluk sosial yaitu gotong royong atau bekerjasama menjadi salah satu karakter penting. Membimbing murid untuk menemukan kesadaran bahwa gotong royong atau kerja sama penting dan bermanfaat, secara tidak langsung menanamkan, melestarikan dan memperbaiki budaya bangsa indonesia.
2. Peran keluarga, sekolah, masyarakat
Menurut Ki Hajar Dwantara menghidupkan, menambah dan menggembirakan perasaan kesosialan tidak akan dapat terlaksana jika tidak didahului oleh pendidikan diri (pendidikan individu) karena inilah dasarnya pendidikan budi pekerti yang akan dapat menimbulkan rasa kemasyarakatan atau rasa sosial.
Tri sentra pendidikan adalah tiga wadah dasar proses pembentukan pendidikan murid yang terdiri dari alam keluarga, alam sekolah, dan alam masyarakat/komunitas. Ketiga alam tersebut berperan dan berkontribusi mengembangkan pengetahuan nilai-nilai dan ketrampilan murid.
***
Demikian pemaparan materi merdeka belajar yang saya peroleh dan saya pahami dari hasil pelatihan mandiri melalui platform merdeka mengajar. pemaparan tersebut merupakan aksi nyata saya yang saya lakukan untuk menyebarkan pemahaman hasil dari pelatihan mandiri di Platform Merdeka Mengajar. Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.
Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi formulir dengan Klik Link di bawah ini sebagai umpan balik dalam kegiatan aksi nyata " Menyebarkan Pemahaman tentang Merdeka Belajar "
Link :
Umpan Balik