Posted on: 7 March 2024
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Sriwijaya 2 Wangon, bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan dengan penerapan metode Cooperative Learning model Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus minat belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan subjek penelitian siswa kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan SMK Sriwijaya 2 Wangon. Penelitian ini difokuskan pada penerapan metode Cooperative Learning model Jigsaw di kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan. Pelaksanaan penelitian melibatkan guru Pendidikan Kewarganegaraan yang lain sebagai kolaborator. Melalui data yang ada dan refleksi awal, prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi : 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4) refleksi dalam setiap siklus. Data yang diperoleh melalui observasi (pengamatan), angket, wawancara, dokumen serta tes. Penelitian terlaksana dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan prestasi dan minat belajar Pendidikan Kewarganegaraan berhasil dengan baik. Mutu pembelajaran terlihat pada perubahan kegiatan pembelajaran di kelas. Pada siklus I siswa masih terlihat canggung, bingung dan sebagian ada yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Kegiatan diskusi ternyata didominasi siswa yang pandai. Pada siklus II, tampak keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Diskusi kelompok berkembang cukup baik. Masing-masing kelompok tampak bersemangat mengukir prestasi yang baik, khusus pada usaha memperoleh penghargaan kelompok yang tinggi. Peningkatan prestasi belajar ditunjukkan dengan keaktifan siswa, juga ditunjukkan dengan ketuntasan belajar secara klasikal naik dari 57,89% menjadi 86,48%, sedangkan rata-rata belajar siswa naik dari 72,42 pada siklus I menjadi 85,16 pada siklus II. Pendahuluan Kegiatan pembelajaran pada era modern ini dituntut untuk menyesuaikan dengan teknologi informasi dan komputer. Variasi penggunaan metode pembelajaran dan media pembelajaran akan memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Upaya peningkatan mutu proses pembelajaran di kelas banyak yang berjalan belum sebagaimana diharapkan. Sebagian guru belum mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi komputer, khususnya bidang pembelajaran. Sementara saat ini tumpuan siswa masih terfokus pada guru sebagai sumber pengetahuan dan sumber belajar. Sebagian besar pembelajaran di kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Sriwijaya 2 Wangon menggunakan metode ceramah. Padahal seharusnya dalam KBM guru dituntut untuk melakukan ”transfer of knowledge” dengan media pembelajaran yang bervariasi dan metode yang mengarahkan siswa aktif. Tuntutan itu antara lain adanya metode pembelajaran yang menarik, tersedianya alat peraga, fasilitas pembelajaran dan sebagainya. Akan tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan, bahwa guru dalam mengajar masih monoton padahal guru menjadi subyek Proses Belajar Mengajar, metode pembelajaran kurang bervariasi. Metode pembelajaran yang monoton , yaitu metode ceramah yang membosankan siswa. Siswa pasif, hanya sebagai pendengar. Waktu dalam Proses Belajar Mengajar banyak digunakan oleh guru, sedangkan siswa kurang terlibat secara aktif sehingga minat belajar siswa terhadap pelajaran tersebut menjadi rendah. Guru kurang memberikan motivasi belajar. Hal ini menjadi salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan. Sedangkan Crow (1994: 351-352) mengatakan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk member stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Anak-anak memiliki sedikit minat dari pembawaannya, tetapi kemudian memperoleh perhatian yang bermacam-macam sebagai hasil pengalaman mereka terhadap lingkungan dimana mereka berada sebagai bagian dari lingkungan itu. Minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Ibarat membuat bangunan, minat merupakan dasar atau fondasi bagi bangunan yang harus diciptakan. Fondasi akan semakin kokoh, apabila minat semakin besar dan terus berkembang. Tanpa adanya minat, maka konsentrasi terhadap suatu kegiatan sulit untuk dikembangkan. Asri Budiningsih (2004: 20) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. TeknikJigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Dengan demikian siswa saling bergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Anita Lie, 1994). Tabel 1. Kriteria Peningkatan nilai individu dalam teknik Jigsaw.
Berdasarkan nilai rata-rata peningkatan individu seluruh anggota kelompok, ditetapkan nilai kelompok. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok sesuai dengan nilai yang dicapai. Penghargaan ini dapat berupa pujian, hadiah atau bentuk lain sebagai penghargaan kelompok. Slavin menetapkan kriteria penghargaan kelompok berdasarkan nilai kelompok sebagai berikut : Tabel 2. Kriteria penghargaan kelompok dalam model Jigsaw
Metode Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan SMK Sriwijaya 2 Wangon, Kabupaten Banyumas. Obyek penelitian ini adalah kegiatan selama pembelajaran dan hasil belajar. Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data-data yang menjawab rumusan masalah penelitian. Untuk memperoleh data-data penelitian tersebut disusunlah instrumen penelitian berdasarkan kajian pustaka dan diskusi. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu pengamatan, tes(Kuis), angket dan wawancara. Indikator ketuntasan hasil belajar siswa mengacu pada kriteria belajar tuntas sebagai berikut :
Apabila kelas belum mencapai ketuntasan belajar, maka penelitian tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Tindakan yang dipilih pada siklus ini direncanakan berdasarkan hasil refleksi dari tindakan pada siklus sebelumnya. Hasil dan Pembahasan Sebelum pembelajaran telah dilaksanakan upaya pengamatan kepada siswa tentang minat belajar dan prestasi belajar, dilanjutkan sosialisasi tentang Cooperative Learning dengan model Jigsaw. Sesudah dilakukan apersepsi, kemudian siswa dibagi dalam kelompok, yang disebut kelompok asal terdiri atas 4 siswa. Pada siklus I, siswa masih terasa asing dengan metode Cooperative Learning melalui model Jigsaw. Siswa terlihat canggung dan agak bingung.Namun dengan bimbingan guru yang telaten dan serius, akhirnya siswa dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Meskipun agak lambat, siswa dapat merasakan penerapan metode Cooperative Learning, sehingga kemudian siswa terlihat senang dengan model Jigsaw ini ditandai dengan kerja sama dalam kelompok, walaupun sebagian kelompok agak kecewa, karena penghargaan kelompok ada yang kosong atau tidak ada penghargaan. Pada siklus II ini, aktivitas siswa secara individu maupun kelompok tampak meningkat. Indikator peningkatan aktivitas pembelajaran diketahui dari serius saat mengerjakan tugas dan ekspresi semangat saat diskusi kelompok. Dalam kelompok ahli, siswa menggunakan beberapa buku referensi, sebagai bekal untuk dapat menjelaskan dan melaksanakan tanggung jawabnya sesuai keahliannya. Melalui kerja sama yang kompak, mereka ingin agar nilai individu naik untuk dapat menyumbang kepada kelompoknya, sehingga penghargaan kelompok juga menjadi naik. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan metode Cooperative Learning dengan model Jigsaw, pada umumnya positif. Berdasarkan wawancara informan dengan siswa, mereka merasa senang, aktivitas pembelajaran tidak tegang tetapi santai. Muncul keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Tabel 3. Ketuntasan Klasikal
Tabel 4. Prestasi Belajar Siswa
Secara klasikal, siswa yang belajar tuntas pada siklus I 57,89%, sehingga belum mencapai ketuntasan kelas sebanyak 85%. Prestasi rata-rata siswa 62,42, sehingga belum mencapai rata-rata 65,00. Sedangkan pad siklus II banyaknya siswa yang tuntas belajar yaitu mencapai 86,84%, kemudian rata-rata prestasi belajar naik dari 72,42 menjadi 85,16 berarti melebihi target rata-rata prestasi siswa 65,0. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yang mencapai 86,84%, dan rata-rata nilai yang dicapai siswa adalah 85,16 maka penelitian tindakan kelas sudah memenuhi target. Simpulan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan metode Cooperative Learning model Jigsaw dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan semakin kooperatifnya para siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sejak siklus I hingga siklus II. Kemudian adanya Peningkatan minat belajar dibuktikan dengan naiknya ketuntasan belajar secara klasikal, pada siklus I sebesar 57,89% menjadi 86,84% pada siklus II. Nilai rata-rata prestasi belajar naik yaitu pada siklus I sebesar 72,42 menjadi 85,16 pada siklus II. Siswa kelihatan senang dan berani mengemukakan pendapatnya. Daftar Rujukan
Slavin. (1999). Cooperative learning theory, research, and practice, second edition. London : Allyn and Bacon.
|